Wednesday, 17th January 2018 at 14:35:37
The movement is afoot but have we really grasped the concept of “zero waste”?
Leading a zero-waste lifestyle requires us to be mindful of the choices that we make. However, more often than not, we cruise on habit.
Usually, we start the day by making (instant) coffee that pours out from a plastic packaging or, if time is of the essence, order a coffee-to-go that comes in a plastic cup from our favorite coffee shop. Then during lunch time, we touch some buttons on our smartphones to have our food delivered packaged in a Styrofoam case. Later in the day, we might cook our own dinner once we got all of the fresh produce we need inside a plastic bag, or we might go out with friends for sunset gazing while drinking fresh coconut water with plastic straws. And our autopilot mode prevents us from asking what will happen to all the byproducts of our daily activities.
That said, how can we possibly achieve a zero-waste future?
Stirred by the nationwide grassroots-led movement of Indonesia Bebas Sampah (Zero Waste Indonesia), two years ago the government targeted the country will be free of waste by the year 2020. Besides the lingering question of how we will accomplish such feat, to some the most pressing question is, What does Zero Waste actually mean?
A Collective Effort
“Zero waste is a vision, and it’s something that can be achieved when many parts are coming together, and one of the ways we do that is by promoting a responsible waste management,” says Paola Cannucciari, Program Manager of ecoBali. “It’s important for people to realize that you need to understand what you shop, why you shop, what kind of containers it comes in, and in general just make informed choices.”
Zero waste is not about producing completely nil in terms of an empty waste bin. It’s about significantly decreasing our output of waste that gets delivered into methane-producing landfills and giving our waste a “second life” as another useful resource. It’s about waste-free oceans, rivers, and land because of our collective effort in making as little waste as possible and maximizing our use of recyclables instead. It’s about a circular economy that feeds back the waste into the system through processes like composting and recycling.
The way we can personally help in attaining a sustainable, zero-waste future is by applying the 3R system: Reduce, Reuse, and Recycle. These simple techniques will help limit waste output and ensure that products/packaging have longer shelf lives, not just being treated as single-use items. For instance, the milk or juice carton that fills your bin can still be used for other purposes: the carton is made primarily out of paper (74%) that can be recycled into new paper; while the other two materials, polyethylene (21%), and aluminum (5%), can for example be transformed into roof tiles.
See—no need to be wasteful of your waste!
There are other powerful Rs that supports a zero-waste future: Rethink (to be mindful of your consumption habit); Refuse (to not consume stuff that you don’t need); and Repair (to fix things that you have instead of just throwing them away). Moreover, there are also Recover (to recover old materials such as shopping at a vintage shop) and Regift (to let go the gifts that you have no use of instead of buying new ones).
Changing Mindset
Through its various program, ecoBali has constantly strived to realize the Zero Waste vision. Programs like Waste Management, Recycling, Adopt-a-School, Waste Banks, and the production of the Composting Bin are crucial components to facilitate a zero-waste lifestyle. YOU can make that happen, for sure, just by being more aware of the waste you produce, and how to make changes towards zero waste, step by step.
“Ultimately, the zero-waste movement starts with ourselves, our commitment and the changing of our mindset,” says Ketut Mertadi, founder of ecoBali. “That’s why it’s important to have a continuous education and conversation about recycling, about composting, about knowing the difference between biodegradable and non-degradable waste, and about waste prevention.”
As long as we’re doing it together, going zero waste by 2020 is doable. Because the action itself is quite simple: Zero waste is reducing your purchase of plastic bottled-mineral water and rethinking that perhaps it’s better to carry your own reusable water bottle wherever you go; it’s using less tissue and substituting it with a small towel or handkerchief; it’s saying NO to plastic bags and Styrofoam and instead bringing a reusable shopping bag and food container; it’s Refusing to use plastic papers and cups and straws when you’re having a dinner party; it’s about turning your biodegradable waste into compost; and, ultimately, it’s about ensuring that nothing you consume ends up as, well, waste.
*Versi Indonesia
Menganut gaya hidup sehat menuntut kita untuk menyadari konsekuensi dari pilihan yang kita buat. Namun, lebih sering, kita mengikuti kebiasaan semata. Seperti memulai hari dengan membuat kopi (instan) yang keluar dari kemasan plastik atau, bila terburu-buru, memesan kopi dari coffee shop favorit dan menyeruputnya dari gelas plastik. Lantas saat jam makan siang, kita tinggal tekan-tekan tombol pada smartphone supaya makanan bisa terkirim langsung ke kita dalam kemasan styrofoam. Di pengujung hari, kita mungkin bakal masak makan malam sendiri setelah belanja bahan-bahan yang ditampung dalam kantong plastik, atau sunset-an bareng teman-teman sembari minum air kelapa dengan sedotan plastik.
Mode autopilot kami akan mengalihkan kita dari bertanya tentang apa yang bakal terjadi dengan “efek samping” dari kegiatan kita sehari-hari. Melihat kenyataannya, bagaimana kita bisa menciptakan masa depan yang bebas sampah?
Terpicu dari gerakan beragam komunitas grassroot yang tergabung dalam Indonesia Bebas Sampah, dua tahun lalu pemerintah menetapkan negara ini bakal bebas sampah pada 2020. Selain pertanyaan terkait cara untuk mewujudkannya, bagi beberapa orang pertanyaan yang lebih mendesak adalah, Sebenarnya apakah makna dari Bebas Sampah?
Upaya Bersama
“Bebas sampah adalah sebuah visi, dan hal tersebut hanya dapat tercapai apabila semua elemennya bersatu, dan salah satu cara kita melakukannya adalah dengan mempromosikan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab,” ujar Paola Cannucciari, Program Manager ecoBali. “Sangat penting untuk orang ketahui kalau Anda mesti memahami apa yang Anda beli, mengapa Anda beli, tipe wadah yang menampungnya, dan secara umum membuat keputusan yang cerdas.”
Bebas sampah bukanlah menghasilkan nol sampah sehingga tempat sampah Anda kosong sama sekali. Namun bebas sampah bermakna Anda mengurangi sampah yang terkirim ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang memproduksi gas metana yang berbahaya dan memberikan sampah “peluang kedua” sebagai sumber daya yang bermanfaat. Visi ini juga bermakna laut, sungai, dan tanah yang bebas sampah karena upaya kita bersama untuk menimalisir sampah dan memaksimalkan penggunaan barang-barang yang bisa didaur-ulang. Dan, terakhir, bebas sampah merupakan bagian dari konsep circular economy yang menyalurkan sampah kembali ke sistem melalui proses seperti komposting dan daur-ulang.
Cara kita untuk membantu mencapai masa depan yang berkelanjutan dan bebas sampah adalah dengan menerapkan sistem 3R: Reduce, Reuse, dan Recycle. Teknik simpel ini akan membantu membatasi pengeluaran sampah dan menjamin produk/kemasan bakal punya masa hidup yang lebih panjang, tak lagi diperlakukan sebagai barang sekali pakai. Sebagai contoh, karton susu atau jus yang kerap mengisi tong sampah Anda masih bisa digunakan lagi: karton terbuat dari kertas (74%) yang bisa didaur-ulang jadi kertas baru; sementara bahan lainnya, polyethylene (21%) dan aluminum (5%) bisa diubah lagi jadi, antara lain, genteng rumah.
Masih ada R lainnya yang mendukung masa depan bebas sampah: Rethink (untuk lebih sadar akan kebiasaan konsumsi); Refuse (menolak tawaran barang yang tidak Anda perlukan); dan Repair (untuk memperbaiki barang yang Anda punya daripada membuangnya). Selain itu, ada juga Recover (untuk mencari barang yang bisa dipakai kembali); dan Regift (untuk memberikan kembali hadiah yang tak pernah Anda pakai daripada membeli barang baru).
Mengubah Pola Pikir
Melalui beragam program, ecoBali senantiasa mencoba mewujudkan visi Bebas Sampah. Rangkaian program seperti Pengelolaan Sampah, Daur Ulang, Adopt-a-School, Bank Sampah, dan produksi Composting Bin merupakan komponen krusial yang memfasilitasi gaya hidup bebas sampah. ANDA pun bisa membuatnya jadi kenyataan dengan cara menyadari jumlah sampah yang Anda produksi, dan membuat perubahan langkah-demi-langkah menuju gaya hidup bebas sampah.
“Pada intinya, gerakan bebas sampah bermula dari diri kita, dari komitmen kita, dan dari perubahan pola pikir,” kata Ketut Mertadi, pendiri ecoBali. “Karena itulah sangat penting untuk terus berdiskusi dan memberikan edukasi soal daur ulang, tentang komposting, tentang mengetahui perbedaan antara sampah organik dan non-organik, dan tentang pencegahan sampah.”
Selama kita melakukannya bersama-sama, maka visi Bebas Sampah 2020 bisa saja tercapai. Karena tindakannya sendiri cukup simpel: mengurangi pembelian air mineral dalam botol plastik dan berpikir ulang kalau mungkin lebih baik Anda membawa termos air ke manapun Anda pergi; mengurangi pemakaian tisu dan menggantinya dengan handuk kecil atau sapu tangan; mengatakan TIDAk pada kantong plastik dan styrofoam dan memilih membawa tas belanja pakai ulang dan kotak makanan sendiri; menolak penggunaan piring, gelas, dan sedotan plastik saat Anda mau merencanakan pesta; mengubah sampah organik Anda jadi kompos; dan, pada esensinya, memastikan kalau segala yang Anda konsumsi tidak berakhir jadi sampah semata.