Aksi Para Pejuang Lingkungan Bali

Semua orang bisa melakukan perubahan – yang dibutuhkan hanyalah aksi kita! ecoBali berbicara dengan beberapa pejuang lingkungan di Bali tentang aksi mereka dan apa yang memotivasi mereka untuk membuat lingkungan kita terbebaskan dari sampah

 

Ni Made Dwi Septiantari

Usia: 28

Profesi: Education Coordinator ecoBali

 

 

 

Masalahnya dengan Sampah adalah…

… Makhluk lain tidak menghasilkan sampah, sisa dari tumbuhan  (seperti dedaunan kering) dan hewan bisa terurai semuanya secara alami, sedangkan yang dihasilkan manusia, seperti plastik, sangat sulit untuk terurai dan malah jadi mencemari. Peduli terhadap sampah adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap diri sendiri dan juga lingkungan.

Ceritakan pengalaman pribadi terburuk tentang sampah yang Anda alami sendiri?

Pas lagi berenang di pantai malah kena banyak sampah plastik

Apa tindakan Anda?

Segera membersihkan sampah plastik yang ada di pantai. Dan dalam kapasitas sebagai Koordinator Edukasi di ecoBali, saya senang sekali bisa pergi ke sekolah dan berbagi ilmu kepada anak-anak. Saya tamatan guru, tapi beda rasanya jadi guru sama educator: kalau jadi guru kan terpatok sama kurikulum dan silabus, sementara jadi educator di ecoBali memang berdasarkan passion. Saya sangat senang bisa melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah. Saya sangat percaya kalau anak-anak itu adalah agen perubahan dan sangat penting untuk mengajarkan mereka untuk mencintai lingkungan.

Apa kendala terbesar?

Munculnya banyak plastik yang datang baik dari muara sungai di pantai, atau dari lautnya langsung. Dan tidak semua orang mau membersihkan—lebih banyak yang cuek “masa bodo” dengan hal itu, seperti dianggap hal yang biasa dan tidak menganggu

Apa hal pertama yang Anda bakal nasihatkan ke orang supaya bisa lebih bertanggung jawab dengan sampah?

Paling pertama adalah jangan buang sampah sembarangan. Jika kita tidak menemukan sampah, selalu saya sarankan untuk bawa dulu sampahnya sampai kita ketemu tempat sampah baru diletakkan disana. Minimal bertanggung jawab sama sampah yang kita hasilkan sendiri dulu.

Mulai tanggal 17 Agustus ini, kita mesti “merdeka” dari…

Sedotan plastik sekali pakai, karena jenis sampah ini yang banyak ditemukan di pantai

Apa rencana Anda ke depannya?

Diri sendiri: mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, tapi saya pun ke mana-mana sudah bawa tas belanja dan sendok-garpu sendiri. Secara professional, saya sangat senang sekali bila dapat kesempatan untuk membantu atau bekerja sama dengan komunitas untuk membentuk bank sampah sebagai salah satu upaya untuk mengurangi sampah yang terbuang percuma.

 

Hendra Arimbawa

Usia: 29 tahun

Profesi: co-founder Trashstock Festival

 

 

 

Masalahnya dengan sampah adalah…

… Masalah krusial di planet ini, jika tidak diambil tindakan maka akan ada ancaman bencana yang bisa terjadi, terlebih Indonesia merupakan negara dengan predikat penyumbang sampah ke lautan terbesar kedua di dunia.

Ceritakan pengalaman pribadi terburuk tentang sampah yang Anda alami sendiri…

Dari berpuluh-puluh tahun ke belakang, banyak anak-anak kecil yang membawa perlengkapan kerja bakti untuk bersih-bersih kelas karena disuruh oleh gurunya. Tapi, di luar itu guru-guru belum mampu menyampaikan kepada murid-muridnya untuk meneruskan pola pikir hidup bersih itu sampai sekarang.

Apa tindakan Anda?

Saya membuat TrashStock Festival. Mengedukasi kaum muda untuk merubah pola pikir dengan cara yang menghibur dan juga keren.

Apa kendala terbesar?

Tidak adanya aparat yang melakukan kontrol dari aparatur pemerintah yang bisa dan bekerja sama dengan komunitas di masyarakat.

Apa yang biasanya Anda nasihatkan kepada orang supaya mereka lebih bertanggung jawab dengan sampah yang mereka hasilkan?

Membiasakan diri untuk tidak buang sampah sembarangan terlebih dahulu.

Mulai tanggal 17 Agustus ini, kita mesti “merdeka” dari…

Merdeka dari ketidaktahuan menjaga alam yang indah ini.

Apa rencana Anda ke depannya?

Membuat kelompok warga lokal yang perduli dengan masalah lingkungan dan bersinergi dalam satu pergerakkan untuk mengedukasi generasi muda Bali.

 

Putu Evie

Usia: 36 tahun

Profesi: Dance Director & Kordinator Trash Hero Kertalangu

 

 

 

Masalahnya dengan sampah adalah…

… Kita mesti peduli dan menyadari bahwa kita sebagai manusia selama ini telah tidak bijak dalam mengelola apa yang kita pakai dan konsumsi sehingga keseharian kita seringnya membuang daripada memanfaatkan sampah yang akhirnya memberikan masalah untuk lingkungan dan keberlangsungan bumi.

Ceritakan pengalaman pribadi terburuk tentang sampah yang Anda alami sendiri…

Saat mengadakan bersih-bersih di area Kedonganan dan melihat hampir sebagian besar pinggiran bibir pantai penuh sampah plastik dan belum pernah seumur hidup melihat ketebalan sampah di pinggiran pantai seperti itu, belum lagi melihat bagaimana bentuknya yang sudah pecah berkeping-keping menjadi berukuran microplastic. Lalu di depan mata, saat kami para relawan membersihkan sampah-sampah tersebut, seseorang datang membuang dan menambah tumpukan sampah yang sudah menumpuk di pinggiran bibir pantai.

Apa tindakan Anda?

Selain mengubah kebiasaan kita dalam mengonsumsi dan mengelola sampah di lingkungan rumah, kita melakukan gerakan bersama meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah secara konsisten agar terjadi perubahan untuk akhirnya menghentikan permasalahan lingkungan yang sebenarnya sudah sangat darurat harus dihadapi.

Apa kendala terbesar?

Tantangannya adalah mengajak banyak orang untuk berubah dan berkomitmen secara serentak untuk mengubah kebiasaan. Karena kesadaran, pengetahuan dan kepedulian tiap orang berbeda-beda tingkatannya, makan dari itu perlu kesabaran yang sangat besar.

Apa yang biasanya Anda nasihatkan kepada orang supaya mereka lebih bertanggung jawab dengan sampah yang mereka hasilkan?

Mengubah kebiasaan mereka dengan mencoba gaya hidup yang sehat dan ramah lingkungan, serta mempraktekkan zero waste, refuse, reduce, reuse, recycle.

Mulai tanggal 17 Agustus ini, kita mesti “merdeka” dari…

Kita mesti telah merdeka dari penggunaan plastik sekali pakai (kresek, gelas plastik, styrofoam dan sedotan plastik) dalam kehidupan keseharian kita. Selain tidak , produk kemasan sekali pakai sangat tidak baik bagi keberlangsungan bumi kita jika penggunaannya tidak bijak.

Apa rencana Anda ke depannya?

Selalu melakukan usaha-usaha yang dapat memberi sebuah contoh dan edukasi untuk lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian tentang bahayanya sampah yang tidak dikelola dengan baik dan mendapat kepercayaan lebih banyak orang bahwa kita semua harus bekerja sama menghadapi permasalahan ini untuk satu tujuan sebuah perubahan untuk bumi.

 

I Wayan Jeki Pratama

Usia: 21 tahun

Profesi: Mahasiswa & Pendiri Serangan Bebas Plastik

 

 

 

Masalanya dengan sampah…

… Sudah menjadi permasalahan di hampir seluruh dunia, baik di daratan maupun di lautan, dan bisa menganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan maupun manusia itu sendiri.

Ceritakan pengalaman pribadi terburuk tentang sampah yang Anda alami sendiri?

Saat di musim baret, sampah selalu menjadi permasalahan di desa saya, dan menyebabkan pantai sekitar, termasuk pantai dimana tempat saya berjualan, selalu dipenuhi sampah kiriman (yang bisa berasal dari sungai) dan mengeluarkan bau yang tidak sedap

Apa tindakan Anda?

Tindakan yang saya lakukan adalah: membuat tim yang sama-sama peduli lingkungan yang saya beri nama Serangan Bebas Plastik, mengajak warga dan anak sekolah untuk membersihkan tempat yang tercemar sampah plastik, mengimbau warga akan betapa pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama sampah plastik, dan mengajak warga untuk mengurangi penggunaan sampah plastik

Apa kendala terbesar?

Menyadarkan masyarakat, mengajak pemerintah setempat untuk memberikan fasilitas tempat sampah, dan penerapan daur ulang

Apa yang biasanya Anda nasihatkan kepada orang supaya mereka lebih bertanggung jawab dengan sampah?

Jangan buang sampah sembarang, karena akan tidak baik bagi lingkungan kita. Lebih baik simpan lalu bilamana sudah menemukan tempat sampahnya, buanglah disana. Tapi dengan catatan: menaruhnya dengan melihat jenis yang dibawa.

Apa rencana Anda ke depannya?

Rencana saya adalah berkomitmen mengurangi penggunaan sampah plastik mulai dari diri sendiri dan di rumah, serta mengubah pola pikir warga agar pulau Serangan lebih bersih dan nyaman tanpa sampah plastik yang berserakan 

.

Melati Wijsen

Usia: 17 tahun

Profesi: Changemaker & Aktivis Lingkungan

Gary Bencheghib

Usia: 23 tahun

Profesi: Filmmaker / Aktivis lingkungan

 

Masalahnya dengan sampah…

MW: … Yang paling menganggu adalah bau, tidak enak dipandang, buruk untuk lingkungan dan bagi kesehatan kita—dan sampah akan terus ada selamanya kalau kita melakukan sesuatu SEKARANG.

GB: … Semua sampah plastik yang pernah dibuat masih ada sampai sekarang entah di mana. Mereka tidak hilang begitu saja. Saya sering traveling dan selalu kaget melihat plastik terbawa ke pantai paling tersembunyi pun. Bahkan dari tahun ke tahun, tiap kali saya mengunjungi kembali tempat tersebut—sampah plastiknya semakin banyak. Kita tidak bisa terus memalingkan muka dan sekaranglah waktunya untuk bertindak!

Pengalaman pribadi terburuk yang pernah Anda alami…

MW: Tumbuh besar di Bali banyak momen yang bisa saya pilih—dari menghabiskan akhir pekan di pantai Bersama teman-teman, berjemur di sebelah tumpukan sampah atau berenang di laut dan merasakan plastik melilit kaki atau tangan. Pengalaman terburuk adalah menginjak popok di pantai, dan melihat tempat pembuangan sampah ilegal dan sedih rasanya melihat plastik di tempat-tempat yang tidak seharusnya berada di sana.

GB: Tahun lalu, saat ekspedisi ke sungai Citarum—dikenal sebagai sungai yang paling tercemar—kami melihat gunungan sampah di kedua belah sisi sungai, sampah dibakar hampir setiap 300 meter. Di satu titik, kami terjebak dalam “bongkahan” sampah. Tiap kami mengayuh, sampah plastik akan melilit dayung kami. Anda akan melihat asap yang berbahaya; airnya benar-benar seperti mayonais hitam sarat racun. Namun pengalaman terburuk adalah ketika saya melihat kura-kura tidak bisa naik ke permukaan karena terjebak di bawah lapisan sampah. Karena tersesak melihat kondisi sungai, saya merasa sangat tak berdaya. Saya jadi berpikir betapa parah kita telah berkontribusi merusak planet ini.

Apa tindakan Anda?

MW: Di lima tahun terakhir, kami telah memelopori organisasi anak muda bernama Bye Bye Plastic Bags dan One Island One Voice. Kami berniat untuk mengajak orang Bali untuk menolak kantong plastik sekali pakai dan kami melakukannya melalui beragam cara: Edukasi, Desa Percontohan, Berkolaborasi dengan Pemerintah, dan Global.

Aksi kami terakhir adalah projek “Komitmen” One Island One Voice, inisiatif yang kami luncurkan untuk mengeliminasi plastik dari kehidupan dan operasional bisnis sehari-hari. Melalui inisiatif Komitmen, kami mengundang organisasi, perusahaan, dan instansi pemerintah di Bali untuk mengeliminasi penggunaan plastik yang paling banyak di lingkungan—sedotan plastik, botol air, kantong, gelas, dan tutup gelas—serta mempromosikan pemilahan sampah di sumber demi mendorong upaya daur ulang dan pengelolaan sampah bertanggung jawab.  

GB: Saya mendirikan Make a Change World untuk menunjukkan kalau siapa pun bisa melakukan perubahan. Kami adalah perusahaan digital media dan organisasi lingkungan yang berekspedisi keliling dunia untuk mempromosikan solusi serta inovasi lingkungan. Perubahan dimulai dari kita sendiri dan masing-masing memiliki kemampuan mulai dari ujung jari supaya suara kita bisa terdengar.

Apa kendala terbesar?

MW: Rintangan yang dipasang oleh pemerintah. Ada kemauan dan niat untuk melakukan perubahan tapi sayang implementasinya masih kurang. Kita butuh langkah konkret dari sistem atas-bawah, dari pemerintah lokal, regional hingga nasional.

GB: Pada 2050, bakal lebih banyak plastik daripada ikan di laut. Tiap hari, saya bangun dengan timeline tersebut di kepala—dan menjadi acuan untuk apa yang mesti saya lakukan di hari itu dan bagaimana saya merencanakan projek saya. Sangat mudah untuk menjadi kewalahan dengan skala permasalahannya dan bisa sangat sulit untuk tetap fokus ke projek tertentu.

Apa hal pertama yang Anda nasihatkan ke orang supaya mereka lebih bertanggung jawab atas sampah mereka sendiri?

MW: Edukasi diri tentang ke mana sampah Anda di bawa. Tahukah Anda sampah itu di bawa ke mana? Pastikan tidak ke laut, ke pantai, ke sungai atau ekosistem lain yang semestinya tidak berada di sana. DAN mulailah bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya butuh plastik ini? Apakah saya butuh sedotan ini, kantong plastik ini, botol plastik ini…”

GB: Lihatlah sampah yang Anda hasilkan sendiri dalam seminggu. Amati dan lihat apa yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisirnya. Anda akan lihat kalau kebanyakan plastik sekali pakai kemungkinan besar tidak bisa didaur ulang dan sebenarnya bisa dihindari. Mulailah dengan “melarang” satu jenis sampah dalam hidup keseharian Anda lalu tambah satu lagi dan satu lagi.

Mulai 17 Agustus ini, kita mesti “merdeka” dari…

MW: Kantong plastik sekali pakai, dan mulai menghilangkan plastik sekali pakai lainnya. Saya yakin perubahan di mulai dari kita terlebih dahulu.

GB: Plastik sekali pakai dalam hidup kita. Ini merupakan peluang bagus untuk menunjukkan kepedulian dan cinta kita terhadap negara Indonesia yang indah ini, negara-kepulauan terbesar di dunia.

Apa rencana ke depan Anda?

MW: Banyak hal baru menyenangkan yang terjadi di gerakan kami dan untuk saya sendiri juga. BBPB terus melanjutkan misinya, dan selain itu kami berniat untuk menyebarkan buklet edukasi untuk murid-murid sekolah dasar di seluruh Indonesia. Dan juga kami ingin lebih lebih global (saat ini gerakan kami sudah ada di 21 lokasi di seluruh dunia), gerakan kami telah menjadi platform bagi anak-anak muda yang ingin suaranya didengar. One Island One Voice mengincar target 1000 Komitmen di pengujung tahun. Saya bakal membuat film dokumenter juga di tahun ini!

GB: Saat ini kami tengah merencanakan projek baru: satu lagi projek sirkumnavigasi, kali ini dengan berjalan kami. Kami berencana untuk berlari menyusuri seluruh garis pantai Bali untuk mempelajari tiap sungai, tiap alirannya, untuk melacak di manakah sumber polusi terbesar yang datang dari pulau Bali. Tunggu kabarnya via IG di @makeachangeworld atau #KelilingBALI, projek di mana saya berkolaborasi dengan Melati.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *